Waktu kecil aku pernah punya sahabat yang beda dari sahabat2 ku lainnya, pun dengan sahabat2ku disaat itu. Dia telah kubunuh, tatkala seorang guru mengajarkanku bahwa 'Manusia itu adalah makhluk SOSIAL' yang notabene manusia hidup harmonis bersama makhluk hidup lainnya.
Bertahun2 aku tak pernah mengingatnya, pun sosoknya. Aakh, harusnya aku tak mengartikan secara harfiah MAKHLUK SOSIAL itu. Satu ambigu lagi, permainan kata yang menyesatkan.
Orang2 dalam kehidupanku cepat sekali datang dan pergi. Dan itu sudah menjadi hal yang biasa sekali. Namun, dia..sahabatku tak pernah sedetikpun pergi dariku. Dia hadir tepat dikala aku kehilangan kakekku tercinta, dulu... awal aku mengenal arti kehilangan & sedih karena ditinggal oleh yang namanya KEMATIAN. Beberapa tahun kemudian, kematian menjadi hal yang wajar sekali... karena itulah evolusi & seleksi alam. Harus ada yang pergi untuk digantikan oleh jiwa2 baru yang siap dilahirkan. Aakh, Kematian hanya menyisahkan linangan air mata. Sayangnya, air mata tak pernah mengering karena fitrahnya menjaga metabolime tubuh juga.
Lunglai tubuhku...
Lagi-lagi aku ingin pulang...
Dulu, kerapkali aku serasa dalam terali beton yang membuatku tak hidup bebas. Hingga arti kebebasan sangat mahal & berharga bagiku.
Dulu, kematian pada diriku adalah sebuah pencapaian masa depan..bagiku...
Gambaran kehidupan yang menyiratkan keputusasaan...
Ternyata untuk inilah ku diminta untuk tetap bertahan dan berjuang hingga saat ini. Perjuangan kecil, bagai buih kecil di samudra.
Aku akan membangkitkan jiwa yang pernah KUBUNUH... karena, dunia semakin munafik. dan kehidupan kian tak welas kasih.
Maafkan aku, berpaling darimu... belasan tahun yang lalu
Maafkan aku, sesat dalam ujar-ujar dia-dia yang membuatku semakin tega melihatmu mati sebelum aku.. maafkan aku
Aku akan kembali, membangkitkanmu... aku berjanji, janji pada sahabat tuaku yang lama menantiku tuk pulang, menjemputnya...
No comments:
Post a Comment