Monday, February 20, 2012

cerita sore, 'Ketika Suara Nurani Berkumandang....'

cerita sore ini masih based on CeritaSore yang baru saja kudengar di radio seperti biasanya, sembari ditemani secangkir teh hangat dan coklat kacang mente :)

Ini cerita tentang seorang anak dan nahkoda perahu. Seorang nahkoda kapal yang sudah puluhan tahun mengarungi lautan mengantarkan para penumpang menyeberangi dermaga satu ke dermaga yang lainnya. Di suatu sore yang sedang mendung dengan rintik hujan penanda akan badai, sang nahkoda seperti biasanya melaksanakan tugasnya menyeberangkan para penumpang yang hendak singgah ke pulau sebelah. Saat ini, ada seorang anak kecil yang menjadi salah satu penumpang di kapalnya.

Cuaca sedang tak bersahabat, ketika perjalanan seperempat melaju, tiba tiba badai datang dan mengombang-ambingkan kapal sang nahkoda. Tampak beberapa penumpang panik, namun sang nahkoda berusaha untuk tetap tenang dalam mengendalikan kapalnya dan meminta para penumpang untuk merapat ke tengah badan kapal agar tidak terseret arus ombak yang sedang mengganas. Terlambat bagi anak kecil yang menjadi penumpang muda di kapal sang nahkoda itu untuk menghindar dari amukan ombak. Tubuh mungil anak itu terseret oleh ombak yang menyapu anjungan kapal dan membuat anak kecil itu terombang ambing di tengah lautan seorang diri. Kapal terus melaju, sang nahkoda tidak menyadari jika ada salah seorang penumpangnya yang hanyut terbawa ombak.

Di tengah ganasnya badai, anak kecil itu berusaha untuk bertahan agar tubuhnya tetap mengapung dipermukaan laut. Si anak melihat kapal yang ia tumpangi semakin menjauh darinya. Tanpa putus asa, si anak ini mengerahkan seluruh tenaganya untuk berenang melawan derasnya ombak dengan harapan dapat bertemu kembali dengan kapal tersebut.  Debur ombak semakin tinggi, meliuk-liukkan tubuh mungil si anak. Badai besar masih bergemuruh, namun si anak tak menghiraukan dan terus berenang sembari menatap pada lampu kapal yang masih terlihat di antara kabut, meski lambat laun sinar itu semakin redup dan menjauh.

Setelah sekitar 3 jam lamanya, badai pun mereda. Sang nahkoda menghela nafas lega karena berhasil melalui badai besar tersebut. Lalu, sang nahkoda tersadar ada 1 penumpang hilang dari kapalnya, si anak kecil. Sang nahkoda memutuskan untuk berputar haluan untuk menyelamatkan anak kecil yang hilang di lautan lepas disaat badai hebat tadi. namun, ada beberapa penumpang kapal yang tidak setuju dengan keputusan sang nahkoda.
"Kapten, sekarang kita sudah terbebas dari badai besar. Apakah demi seorang anak kecil kita meski kembali? bukankah itu sangat tidak masuk akan?! Bisa jadi anak itu sudah mati sekarang. Lantas untuk apa kita harus kembali dan menyelamatkannya, kapten?!", hardik seorang pria yang merasa keputusan sang nahkoda hanya buang-buang waktu dan tenaga.

Sang nahkoda menjawab, "tidak ada salahnya kita berusaha untuk mencari dulu, bukankah anak kecil itu bagian dari kapal ini juga sebelumnya? anak kecil itu adalah juga tanggung jawabku". Maka sang nahkoda tetap memutar haluan untuk mencari anak kecil tersebut.
Badai sudah mereda, lagit jingga tampak kelam. Sang nahkoda dengan awas memperhatikan sekitar lautan dengan harapan dapat menemukan anak kecil tadi.

Setelah beberapa saat mencari, sang nahkoda melihat ada sesosok bayangan yang bergerak menuju kapal. Perlahan-lahan sosok itu semakin jelas dan tampak sosok tersebut adalah anak kecil tadi yang masih berusaha berenang menghampiri kapal. Sang nahkoda pun mengambil pelampung dan berenang menghampiri tubuh anak kecil itu dan membawanya ke dalam kapalnya. Di atas kapal, tubuh anak kecil itu menggigil kedinginan, namun tampak seulas senyum di bibir mungilnya. Sang nahkoda membalutkan beberapa lembar handuk hangat ke badan si anak. Mleihat hal tersebut membuat beberapa ibu di dalam kapal itu terharu.

Dengan lembut sang nahkoda bertanya pada si anak, "Nak, bagaimana kamu bisa bertahan sekian lama di lautan lepas dan ditengah badai tadi? Kamu sungguh luarbiasa, nak."
dengan terbata-bata si anak menyahut, "karena saya tahu anda adalah orang yang akan meyelamatkan saya.."

seketika itu air mata sang nahkoda mengalir dari pelupuk matanya dan memeluk erat si anak tadi.
"maaf saya, nak. maaf kan saya! sesungguhnya kamu lah yang telah menyelamatkan saya atas keragu-raguan keputusan saya untuk memutas kapal dan menyelamatkanmu..", ucap sang nahkoda kepada si anak.

----
....aku teringat dengan kepercayaan yang diberikan oleh beberapa orang pada ku, mereka mempercayaiku, mereka yakin aku akan melakukan suatu hal untuk mereka. 
Aku faham & merasakan betapa terharunya sang nahkoda tadi dengan ucapan tulus si anak.
seringkali aku ragu dan lalai dengan kepercayaan yang banyak diberikan oleh orang-orang padaku. kadang aku tak menghiraukan suara-suara kecil di hatiku. aku memilih untuk menuruti keraguan diri ku pada seseorang. 
aku ingin menjadi seorang pemimpin yang baik  (setiap kita adalah pemimpin...baik untuk diri sendiri maupun untuk orang2 disekitar kita).

semangat! 

Posted via email from Lindia Palupi

No comments: