Saturday, May 26, 2012

Sandyakala Sastra #22 ACEP ZAMZAM NOOR: MENGUNJUNGI PUISI PERJALANAN | 29 Mei 2012

373151_159224470875574_1379130

Selasa, 29 Mei 2012, 
pukul 18.00 wita
Bentara Budaya Bali
Denpasar, Indonesia 80582

Tidak sedikit tempat atau kota-kota di dunia yang menjadi inspirasi lahirnya karya-karya unggul. Demikian pula halnya dengan Bali, dengan segenap keunikan adat-istiadat dan budayanya, terbukti sering mengilhami para seniman Indonesia maupun luar negeri. Sebutlah sekian nama maestro seni rupa kita, misalnya Affandi, Nashar, Dullah, Widayat, dan juga Hendra Gunawan, atau seniman luar seperti Arie Smith, Rudolf Bonnet, Walter Spies, Van Oel, dan lain-lain, belum lagi nama-nama perupa terkini yang tak henti menjadikan Bali sebagai sumber mata air penciptaannya.

Boleh dikata hal serupa pun terjadi dalam dunia sastra. Kita sering membaca novel atau puisi, juga cerpen, yang mengungkapkan keunikan masyarakat Bali, baik sebagai latar cerita maupun acuan tema utamanya. Sebut saja karya Eat, Pray and Love, novel peraih bestseller yang dikreasikan menjadi film dengan bintang tersohor Julia Roberts. Juga Remy Sylado dengan novel Merah Kirmizi­-nya, atau kisah detektif Keping Rahasia Terakhir dari novelis Perancis Jean Rocher, hingga karya-karya puisi dari penyair pemenang Nobel Rabindranath Tagore, Abdul Hadi WM, Kirdjomulyo, serta tak terbilang lagi sekian karya penyair terkini.

Sandyakala Sastra #22 kali ini akan memperbincangkan bagaimana kota-kota dan tempat-tempat tertentu mengilhami lahirnya karya-karya puisi yang unggul. Apakah kunjungan sastrawan ke suatu tempat membantu mereka meraih ‘jarak kreatif’ yang memungkinkan timbulnya dorongan penciptaan, di mana karya-karya yang dihasilkan penuh dengan metafor-metafor segar mengejutkan? Tidakkah momen pertemuan yang sesaat tersebut justru berakibat lahirnya karya-karya yang bersifat instan atau sekadar pandangan mata permukaan? Penyair Acep Zamzam Noor, peraih Sea Write Award, yang dinilai berhasil menciptakan puisi-puisi yang terilhami dari perjalanannya, semisal ke Bali dan Italia, atau daerah lainnya, akan menguraikan pengalaman penciptaannya serta sekaligus mendiskusikan hal-hal terkini dalam kehidupan susastra di tanah air.

--------------------
Acep Zamzam Noor mendapat fellowship dari Pemerintah Italia untuk tinggal dan berkarya di Perugia, Italia (1991-1993), serta diundang ke berbagai negara seperti Filipina, Belanda, Cina, dan sebagainya. Buku puisinya: Di Luar Kata (Pustaka Firdaus, 1996), Di Atas Umbria (Indonesia Tera, 1999), Dongeng Dari Negeri Sembako(Aksara Indonesia, 2001), Jalan Menuju Rumahmu (Grasindo, 2004), Menjadi Penyair Lagi (Pustaka Azan, 2007) serta sebuah kumpulan puisi Sunda Dayeuh Matapoe (Geger Sunten, 1993). Sejumlah puisinya juga sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, Portugal, Jepang dan Arab.

Posted via email from youth corner bali

No comments: