Thursday, June 28, 2012

"bertemu filmmaker Shalahuddin Siregar ( @salahcetak )" ditulis oleh @cgpramanayogi

Negeri_di_bawah_kabut

Saya baru pertama kali bertemu dengan Shalahuddin Siregar ketika screening dan diskusi film dokumenter beliau "Negeri Di Bawah Kabut" di minihall Irama Indah Denpasar - Bali, Rabu 27 Juni 2012. Sebelum menyaksikan film ini saya tidak membaca tentang sinopsis maupun profil filmmakernya yang disampaikan secara jelas melalui sosial media (facebook) karena saya ingin belajar sesuatu yang baru bagi otak saya khususnya film dokumenter agar tidak menimbulkan persepsi sendiri ketika membaca sinopsi maupun profil filmmakernya yang menurut saya akan berdampak pada kenikmatan dalam menikmati film dokumenter tersebut. Beliau seorang sarjana S1 akuntansi mengerjakan film ini dalam jangka waktu 5 tahun (2 tahun research, 1.5 tahun shooting, dan 1,8 bulan editing). Mengolah 118 jam menjadi 105 menit bersama team. Tetapi ketika diskusi itu berlangsung saya lupa bertanya "dalam jangka waktu 5 tahun itu bagaimana cara mempertahankan rasa semangat untuk menyelesaikan film itu?" pertanyaan ini menjadi penting ketika kejenuhan, kemalasan, kebimbangan, permasalahan lain yang mempengaruhi semangat melanjutkan yang sering bergantian dirasakan oleh kita.
 
Transparansi menjadi kunci. Semua diperbincangkan di awal tanpa interaksi ataupun intervensi yang mempengaruhi perubahan kebiasaan dan kealamian pemikiran dan kelakuan penduduk desa setempat. Kisah dialog tanpa skenario yang menggambarkan bagaimana sebenarnya mereka. Tahun 1997 menjadi tahun pengenalan desa. Shalahuddin Siregar mulai menjelajahi desa sebagai penjelajah alam yang menjadikan alam di Merbabu sebagai inspirasi utama dalam fotografi dan tulisan. Tetapi alam sebenarnya tidak sendiri, ada penduduk desa yang tinggal disana yang belum dikenal dan disini malu menjadi rasa yang menentukan sikap. Kemudian proses mengenal penduduk desa pun dilakukan dengan tata krama yang benar. Sebuah gagasan menciptakan portrait penduduk desa itu menjadi bagian dari akar proses cerita film dokumenter ini berikutnya. Ketika kita ingin memotret seseorang, harus ada ijin dari orang tersebut dan untuk mendapatkan ijin itu kita harus dekat dengan mereka. Cara untuk dekat adalah mengobrol dan bercerita. Pendekatan dengan interaksi ini menghasilkan berbagai macam cerita tentang kehidupan mereka khususnya sebagai petani. "Sesuatu yang kita tak pernah kenal tapi kita selalu merasa kenal" seperti "Negeri Di Bawah Kabut".
 
Alur cerita dibentuk dari penggabungan informasi dan emosi. Suara dan tingkah laku yang alami dari suasana cerita tanpa adanya musik tambahan menggambarkan kehidupan mereka secara mendalam. Itulah mereka. Ritme cerita bersumber dari kehidupan 2 keluarga yang berbeda karakter. Arifin adalah sosok pemuda desa yang menjadi karakter utama sekaligus menjadi alur cerita kehidupan mereka yang diselesaikan dengan canda tawa anak kecil di sebuah perkebunan yang mengagumkan.
 
Film ini menjadi guru saya yang mengajari banyak hal. Kealamian, sikap, proses, interaksi, kehidupan, pemahaman, pemikiran, kerja sama, keluhuran, yang terwujud dalam rasa yang menyempurnakan setiap langkah yang penuh makna.
 
terima kasih Shalahuddin Siregar
 
salam hormat,
Cok Gung Pramanayogi

Posted via email from youth corner bali

No comments: