Dibandingkan dengan suku Asmat dan suku Dani, kebudayaan orang-orang Kamoro yang bermukim di kawasan pedalaman Papua ini barang kali belum banyak dikenal masyarakat luas. Namun, keberadaan orang Kamoro barangkali dapat ditilik dari beberapa catatan ekspedisi, antara lain dari British Ornithological Union (BOU) yang berbasis di Kampung Wakatimi, dekat Kokonau, yang mendokumentasikan gaya hidup suku ini selama 15 bulan antara 1911 hingga 1912. Menariknya, para peneliti yang kala itu menjelajah Papua guna mencapai puncak gletser serta puncak Jaya, mengklaim menemukan sekelompok penduduk lokal yang ‘kerdil’, tinggal di kaki bukit, sedikit di sebelah utara wilayah Kamoro.
Ekspedisi ini membuka wawasan dunia akan hadirnya sebuah suku terpencil yang memiliki kekhasan kebudayaannya sendiri. Dari deskripsi yang ditulis oleh dua peneliti berkebangsaan Inggris, Wollaston dan Rawling, dapat dibaca aneka dokumentasi tentang berbagai sisi kehidupan orang Kamoro, mulai dari kenyataan kesehariannya, artefak kultural, religi, bahasa, sistem sosial, mata pencaharian, kesenian, serta berbagai data penting lainnya yang menunjukan ciri khusus suku ini. Namun sayang, beberapa artefak dan juga kebiasaan masyarakat tersebut kini hanya dapat dikenang dalam catatan antropologi tersebut, sebab sebagian unsur kebudayaannya telah ditinggalkan oleh karena perubahan arus zaman.
Papua Center Fisip Universitas Indonesia bekerjasama dengan Bentara Budaya Bali menggelar Pekan Ragam Budaya Orang Kamoro, yang tidak semata mengagendakan eksibisi karya etnografi, namun juga dipadukan dengan berbagai kegiatan, antara lain demonstrasi kekayaan kultural masyarakat Kamoro melalui beragam aktivitas kesenian, pemutaran film dokumenter hingga dialog tentang kebudayaan suku Kamoro. Kesemuanya dilakukan setiap hari selama pekan pameran ini.
Sebagai narasumber dialog dari Tim Papua Center Fisip Universitas Indonesia, tokoh budaya Papua Timo Samin, serta Dr. Kal Muller ahli sejarah berkebangsaan Hongaria yang telah melakukan penelitian dan menulis berbagai buku tentang kehidupan Papua dalam kurun 17 tahun sebagai konsultan di PT. Freeport Indonesia, yang juga mendukung Pekan Budaya ini. Buku-buku yang diterbitkannya antara lain Mengenal Papua, berikut aneka kajian lainnya tentang dataran tinggi Papua, pantai selatan Papua, pantai utara Papua serta keanekaragaman hayati Papua.
Jadwal Kegiatan Pekan Ragam Budaya Orang Kamoro
Jumat, 22 Juni 2012 :
Pukul 19.00 Wita Opening Ceremony
Tari Penyambutan
Sabtu, 23 Juni 2012 :
Pukul 10.00 Wita Demo carving
Pukul 19.15 Wita Dialog Budaya bersama Kal Muller, Jean Couteau, Timo Samin
Pemutaran film dan performing art Kamoro
Mingu, 24 Juni 2012 :
Pukul 10.00 Wita Demo Carving
Pemutaran film dan performing art Kamoro
Senin, 25 Juni 2012 :
Pukul 10.00 Wita Demo carving
Pukul 19.30 Wita Presentasi Kal Muller : The Kamoro
Pemutaran film dan performing art Kamoro
Selasa, 26 Juni 2012 :
Pukul 10.00 Wita Demo craving
Pukul 19.30 Wita Diskusi budaya : Membaca Ukiran Kamoro bersama Kal Muller & Timo Samin
Pemutaran film dan performing art Kamoro
Rabu, 27 Juni 2012 :
Pukul 10.00 Wita Demo Craving
Pemutaran film dan performing art Kamoro
Kamis, 28 Juni 2012 :
Pukul 10.00 Wita Demo craving
Pemutaran film tentang Kamoro
Jumat, 29 Juni 2012 :
Pemutaran film tentang Kamoro
Sabtu, 30 Juni 2012 :
Pemutaran film tentang Kamoro
Minggu, 31 Juni 2012 :
Pukul 10.00 Wita Demo craving
Pukul 19.00 Wita Penutupan pameran
Jadwal selengkapnya dapat diunduh di situs www.bentarabudayabali.wordpress.com.
Pembukaan: Jumat, 22 Juni 2012 pukul 18.00 WITA
Pameran Berlangsung: 23 Juni – 1 Juli 2012 pukul 10.00 – 18.00 WITA
Selama pameran digelar workshop seni, pertunjukan, diskusi dan pemutaran film
No comments:
Post a Comment