“jika segalanya hancur esok, dan mengulang kembali lagi dari awal, “tak akan melewatkan waktu yang sama”, aku akan mengulangnya mungkin… seperti mengigau…..
Lalu, berucap “apa kabar?” seperti ketika aku melihatmu pertama kali. Aku tidak suka melihat wajahmu yang terlalu lelah. Aku tidak suka melihatmu menyimpang dari kehidupan nyata. Aku tidak suka engkau membebankan begitu banyak pekerjaan pada dirimu tetapi tidak pernah mengalami kemajuan. Aku hampir ingin mengatakan, jika aku membenci hal-hal itu. Kamu tahu? Aku tidak mau mengatakan jika semua itu hanyalah sumber masalah, tapi… aku yakin jika sebuah nilai hanya berada di dunia yang murni, benar dan indah. Walaupun tampknya agak kurang tepat, tetapi itu adalah segalanya untukku. Aku sama sekali tidak membutuhkan kebenaran yang tidak jelas. Kamu tahu? Jika aku tidak dapat melihat wajahmu dari sisimu lagi, aku rasa…. Mmm, diam-diam aku akan meneteskan air mata……”WOW……!!!!! Rangkaian tiga huruf tersebut aku gumamkan berkali-kali tatkala menyaksikan pertunjukkan Contemporary Dance theatrical yang diselenggarakan oleh Japan Contemporary Dance Network (JCDN) bekerjasama dengan Agency for Cultural Affairs, Japan Foundation dan Arti Foundation di gedung Ksirarnawa, Art Centre Bali pada kamis malam 12 Juni 2008. Rasanya aku tak ingin mengejapkan mataku sedetik pun untuk melewatkan fragmen demi fragmen olah tubuh yang mereka suguhkan dalam pertunjukan malam itu. Sudah lama aku tak meyaksikan pertunjukkan teater bahkan ini pertama kalinya aku benar-benar terkesima dan larut.
Sejenak aku tertegun setelah membaca rangkaian kata-kata yang begitu indah di selebaran untuk pementasan cara tersebut. Semula, aku sempat sedikit dongkol karena aku dan temanku hanya terlambat tiga menit dari pertunjukkan dance pertama yang dibawakan oleh Kentaro!! Di acara tersebut, dan kami berdua tidak diperkenankan langsung memasuki gedung pertunjukkan serta harus menunggu 20 menit lagi hingga pertunjukkan dance pertama tersebut berakhir. Akh…. Sayang banget konsekuensi telat yang harus dibayar mahal. Sembari menanti aku mencermati selebaran itu untuk menghibur kekecewaanku. Aku semakin penasaran dengan pertunjukkan Kentaro!! Yang katanya ni mengaplikasikan gerakan hiphop kedalam tari kontemporer pada karya improvisasi yang melahirkan gaya terbarunya aaakh…. Aku semakin ingin banget segera masuk untuk melihat pertunjukkannya. Sayang, untuk memberikan konsentrasi penuh pada pertunjukan maka tidak diperkenankan masuk tatkala pertunjukan sedang berlangsung. Ternyata, beberapa saat kemudian ruang tunggu semakin penuh sesak dengan penonton yang juga telat, heheee… sepertinya kita memang harus belajar disiplin serta menghargai karya orang deh. Meski pertunjukkan teater ini gratisan, tapi tetap kita harus menghargai karya seni tersebut.
Begitu ada aba-aba bahwa kami sudah diperbolehkan untuk masuk ke ruang pertunjukkan, aku bergegas mencari deretan kursi yang cukup strategis untuk menikmati pertunjukkan. Dan kemudian, semua lampu dipadamkan (hmm… menanti suasana agar benar-benar hening ternyata cukup sulit, karena ada aja yang batuk-batuk lah, sibuk membenarkan tempat duduknya lah, suit-suit lah dan ada juga yang masih sibuk memeriksa HP-nya, aduuuh disinilah letak kekurangan kita untuk menghargai orang lain).
Sejenak kemudian, perlahan tampak bayangan merah yang kemudian disorot oleh lampu directspot yang membuat pandangan focus pada sosok tubuh... Hanya dibalut lembaran kain merah membentang, I Nyoman Sura yang merupakan maestro penari dari Bali yang sangat produktif dan tak pernah berhenti berkreasi memperagakan permainan tubuh yang “wow….!!!”, gerakan-gerakan simbolik bagaikan sang pelukis sedang menorehkan kuasnya di kanvas udara. Sesaat kemudian, tampak bayangan wanita memakai kimono melantunkan lagu Jepang yang.. tak kumengerti, dengan membawa lilin redup yang bagaikan menyiratkan lentera kehidupan yang bergulir, suasana menjadi sangat kudus dan mendebarkan. Wow… lagi lagi kata itu aku decakkan, dan aku semakin penasaran dengan setiap gerakan selanjutnya. Setiap penonton mempunyai persepsi dan penilaian masing-masing dalam melihat suatu karya seni dari sudut pandang mereka. Aku tak hanya larut dalam olah gerak serta penataan cahaya yang menambah dramatis pertunjukkan tersebut, namun aku pun terbuai dengan makna-makna gerakan yang berusaha untuk disampaikannya. Wooow……..!!!!!! pergumulan antara pria dan wanita yang pada akhirnya sang pria pun bertekuk lutut oleh pesona wanita. Kira-kira begitulah sekilas gambaran kisah tarian yang diberi judul “Lost…” yang ditampilkan oleh Nyoman Sura, Jasmine Okubo dan Gunadi Putra.
Selanjutnya, dalam keremangan tata lampu panggung muncul dua orang pria wanita berbusana abu-abu meliuk-liuk, berkejaran, memburu dan menghindar, berputar-putar semakin lama semakin cepat dan gesit, lalu kemudian… mereka berhenti seolah dibekukan oleh waktu dan kontan penonton pun bertepuk tangan. Sang pria menghilang, sang wanita merasakan kesendiriannya… waktu terasa berlalu begitu saja. Yaaa, tarian kedua ini mengisahkan tentang pertemuan dua insan yang saling membutuhkan dan mengisi yang kemudian happy ending. So sweet, so romantic…
Belum cukup terhenyak oleh gerakan yang atraktif dari Yukari Ota dan keiitchi Otsuka dalam kelompok Dance Theatre Ludens dalam karyanya yang diberi judul “BE”, lampu panggung kembali meredup. Keadaan kembali sunyi beberapa saat, dan dalam keremangan tersebut tampak sosok empat gadis duduk dengan ekspresi wajah seperti sedang makan. Lalu, mereka bersahut-sahutan mengeluarkan suara-suara melengking yang…, heheee lucu banget deh. Dan gerakan-gerakan dance yang mereka suguhkan pun sangat unik, aneh dan lucu…. beberapa kali penonton tertawa geli melihat aksi panggung mereka yang tak lazim. Mereka berusaha untuk memberikan formasi gerakan yang dikemas dalam humor sinis tentang Cinta dan kekerasan. Diakhir pertunjukkan yang disuguhkan oleh kelompok tari Kikikikikiki yang terdiri atas kitamari, Kyoko Nobuchi, Yuka Hanamono dan Emi Matsuo ini mendapat applaud dari penonton yang masih terkesima dengan penampilan mereka.
Yaaaa….. rasanya waktu berlalu begitu cepat. Aku masih terkesima dengan liuk tubuh dalam tatanan koereografi yang keren abis deh. Tata cahaya yang sangat akurat dan benar-benar terperinci sehingga mampu memberikan suasana dramatis serta mendukung penekanan karakter para penari tersebut. Dekorasi panggung yang simple sehingga memberikan focus utama pada pemain/penari. Meski soundsystem sedikit masih kurang mendukung karena hanya terletak disamping panggung. Dance teater modern ini lebih dari sekedar pertunjukkan yang menarik ataupun suatu pertunjukan yang hanya untuk dinikmati keindahan sajiannya. Dance teater ini menunjukkan eksistensi dan kreativitas seniman di dunia tari yang disajikan dengan menyelipkan makna-makna simbolik….. kept on create and creative yaaa
No comments:
Post a Comment