Duuuh, meski adekku lucu bwanged tapi kalo uda nangis meraung-raung kayak gini, tetepa aja membuat sebel. Jadi inget iklan snack yang ada anak kecil merengek2 pada mamanya sepanjang jalan, “ma keju ma, keju ma, keju ma….” Hahaha. Pantas aja banyak orang tua yang kemudian mudah naik pitam kalo uda dengar anak merengek. Ila, adek bungsuku yang sehari-harinya sangat ceria, menggemaskan, cerdas, lincah, riang… pokoknya kelucuan seorang anak banget deh. Pagi ini, subuh-subuh ketika bangun pagi langsung konslet deh entah kenapa. Tiba-tiba minta ibunya datang membuka bajunya yang uda berkubang ompol. Sedang ibuku sedang berjualan, dia memang sangat dekat dngan ibu. Bahkan bapakku pun tak mampu membuatnya terdiam, hingga memakai cara tradisional.. pukulan teriakan dan cubitan, fiuuhhh. Aku hanya bisa terdiam, karena pun tak berhasil membujuknya, aku terdiam memandang ila menangis disampingku tanpa melakukan apapun, pun ketika bapakku melakukan cara tradisional tadi. Uda lebih dari sejam ila menangis, boro-boro ada tanda-tanda bakal berhenti, isakan dan jeritan tangis yang histeris makin menjadi-jadi apalagi ketika bapakku mulai turun tangan.
Setelah hampir dua jam berlalu, ila memintaku untuk menelphone ibu yang sedang di pasar untuk datang/pulang ke rumah. Kuberikan alternative mengantarnya ke pasar mencari ibunya, dengan teriakan yang lebih keras dari klakson mobil, ila menghardikku. Kuanggap itu penolakan, ila ingin ibunya yang dating… beberapa kemudian akhirnya aku mengalah dan mulai menelphone ibu. Tentu saja sudah kutebak jawabannya ibu, “lagi sibu… antar saja Ila ke pasar!”. Kusampaikan pesan ibu kepada Ila, dan lagi-lagi sudah bisa ditebak reaksi Ila. Dengan teriakan yang lebih keras lagi ditambah bergulung-gulung di sofa biru yang terkontaminasi ompol bawaan dibadan Ila, dia pun memintaku untuk menelphone kembali ibu. Kali ini aku turuti lagi kemauannya, lalu setelah tersambung dengan ibu, segera kusodorkan HP tercintaku pada Ila agar ia berbicara sendiri. Aaakh, dengan sesegukan Ila malah marah2 dan menyuruhku untuk berbicara. Aku tutup telphoneku (agar hemat pulsa). Kupikir Ila yang hobby telephone sepakat untuk berbicara langsung, ternyata ia mempunyai kesadaran ditengah kondisinya yang sesegukan seperti itu sangat sulit untuk berbicara. Hahahahaha…. Rasanya aku pengen tertawa, namun kutahan agar Ila tak semakin geram melihat respon nonkooperatif ku. Hampir saja ia membanting HPku… aaakh untung saja produk kuat, uda beberapa kai jato tapi masi baek2 aja.. namun bukan itu masalahnya, Ila sudah semakin berani menentangku dan itu pertanda kurang baik untuk wibawaku (hmmm…..). Namun setelah kudiamkan, akhirnya Ila mau juga untuk berbicara langsung dengan ibu di telephone. Entah ibu bicara apa, tapi Ila lantas menangis datar….
Beberapa kali ibu & elis menelphone ke HP ku. Suara tangis masih sambung menyambung. Sudah tiga jam lebih… aku bosan. Kualihkan perhatianku pada kertas-kertas arsip kerjaanku (hix hix, setali tiga uang kebosannnya). Lama kelamaan, hanya terdengar sesegukan terputus-putus. Teman Ila, Mank Anik menyambangi Ila … mungkin sedikit gengsi anak kecil kali ya, Ila tampak malu-malu dan seperti menutupi sisa-sisa tangisan panjang, setelah Mank Anik bertanya, “Ila nangis ya? Kenapa..?”. Hahahahaha… lagi-lagi rasanya mau meledak tawaku, tapi takutnya Ila malah tersinggung dan memukulku dengan malu-malu, hahaha anak kecil.. anak kecil…! Lalu, Mank Anik menghampiri computer yang tadi sudah kunyalakan namun enggan kusentuh. File games dicari-cari, Ila tampak berjuang antara untuk tetap jaim dengan mempertahankan rekor menangisnya ataukan ikut dengan Mank Anik bersenang-senang dengan games computer. Hmm.. syukurnya pilihan kedua yang diputuskan untuk diambil, hahahahaha… kali ini aku lari ke dapur dan menumpahkan tawa kemenanganku
No comments:
Post a Comment