Tuesday, December 15, 2009

Jendela Ilmu

Membaca belum menjadi budaya yang mendarah daging pada masyarakat Indonesia. Peran serta semua pihak untuk mewujudkan kecintaan membaca dan menulis dalam rangka melestarikan nilai-nilai budaya nasional sangat perlu untuk senantiasa ditingkatkan. Khususnya peranan perpustakaan sebagai fasilitas penyedia buku-buku bacaan mempunyai andil pula untuk membangkitkan gemar baca tulis pada masyarakat.

Untuk menumbuhkan kegemaran membaca dan menulis dapat ditunjang dengan peningkatan mutu isi buku, daya tarik visual buku dan eksistensi buku di tengah-tengah masarakat. Banyak program-program yang dapat diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kegemaran baca tulis tersebut. Sasaran utama pelaksanaan program-program tersebut adalah masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk anak-anak. perhatian ekstra tertuju pada peningkatan minat baca tulis pada anak-anak sebagai upaya pengenalan budaya nasional dan budaya daerah semenjak usia dini. Program-program yang ditujukan untuk anak-anak tersebut bersifat edutainment yang memadukan penyampaian pesan-pesan moral dan mendidik yang dikemas dalam bentuk hiburan yang sesuai dengan dunia anak-anak.

“Buku adalah jendela dunia”, ungkapan tersebut sangat tepat untuk menunjukkan manfaat buku. Namun, buku hanyalah akan menjadi lembaran kertas biasa apabila tidak dibaca. Menumbuhkan minat baca dapat dipupuk semenjak dini. Walaupun begitu, usia bukanlah hambatan untuk membudayakan gemar membaca di masyarakat.

Orang yang tidak membaca tidaklah lebih baik daripada orang yang tidak bisa membaca. Suksesnya program Pemberantasan Buta Huruf/Buta Aksara belum tentu juga akan membuat masyarakat gemar baca tulis. Oleh karena itu, menumbuhkan gemar baca tulis pun sangat penting untuk dibudayakan di masyarakat. Hal ini dapat ditunjang dengan peningkatan pada mutu isi buku, daya tarik visual buku dan eksistensi buku di tengah-tengah masyarakat.
Buku-buku lokal karya anak negeri tidak kalah berkualitasnya dengan buku-buku import. Ungkapan bahwa “buku adalah jendela dunia” juga dapat ditransformasikan menjadi, “Buku adalah jendela negeriku, Indonesia!”. Melalui buku-buku lokal yang berkualitas itulah akan tumbuh kecintaan terhadap negeri sendiri. Kita dapat melestarikan budaya nasional yang akan sangat bermanfaat bagi generasi penerus bangsa. Bahkan, bangsa-bangsa lain pun akan lebih menghargai kebudayaan nasional kita.

Namun, sangat disayangkan karena ternyata kualitas dan kuantitas buku-buku lokal yang sarat dengan budaya nasional dan budaya daerah masih sangat langka. Bahkan tak sedikit pula buku-buku mengenai khasanah budaya kita merupakan hasil karya orang-orang asing. Apakah kita sudah menjadi tamu di negeri sendiri? Ironisnya lagi, kita menjadi penterjemah dan konsumen dari buku-buku tersebut.

Kebudayaan nasional digali dari kebudayaan-kebudayaan daerah yang berkembang di Indonesia. Kita sebagai pemilik dan bagian dari kebudayaan nasional tersebut sudah seharusnya bangga serta lebih memahami kekayaan bangsa kita. Melalui gemar menulis maka kita dapat melestarikan dan memperkenalkan budaya daerah yang terpendam dan berpotensi menjadi budaya nasional.

Untuk menumbuhkan minat baca tulis sekaligus kecintaan terhadap budaya daerah pada anak-anak dapat diwujudkan dengan mengemas dongeng, mitos, legenda, nyanyian, tari-tarian bahkan permainan daerah menjadi sebuah buku bacaan yang menarik untuk dibaca anak-anak. Misalnya dari segi pengolahan kata-kata, ilustrasi yang menarik dan juga desain cover buku. Sangat disayangkan apabila anak-anak lebih mengenal cerita-cerita import dan mengadaptasi budaya luar. Apabila anak-anak sudah terbiasa membaca, maka tugas kita selanjutnya adalah memberikan buku-buku pilihan yang sesuai untuk mereka yang sarat moral, budi pekerti dan pengenalan budaya daerah. Sehingga, mereka sudah dibekali dengan pengenalan budaya daerah sendiri semenjak dini.

Alasan klise yang seringkali terjadi sebagai kendala untuk membudayakan kebiasaan membaca adalah tingginya harga sebuah buku bacaan yang bermutu. Padahal, minat membaca masyarakat masih cukup tinggi. Buku menjadi barang superior, sehingga kebiasaan membaca tidak lagi menjadi rutinitas wajib dalam kehidupan sehari-hari. Membaca tidak lagi sebagai kegiatan rekreasi yang dapat menyegarkan fikiran kita dan meningkatkan daya imajinasi kita. Membaca tidak lagi sebagai sarana yang dapat membukakan wawasan kita untuk mengenal dunia lebih luas. Memupuk kebiasaan membaca sangat penting dilakukan untuk meningkatkan taraf sosial masyarakat.

Apabila kita cermati dari kondisi taman bacaan atau perpustakaan saat ini, khususnya di ruang baca anak-anak maka dapat kita simpulkan secara umum bahwa tingkat minat membaca masih perlu untuk ditingkatkan. Lokasi yang strategis di pusat kota, ruang baca yang nyaman dan menarik, buku-buku yang banyak dan bermutu belum menjadi jaminan ramainya pengunjung. Perpustakaan dapat lebih aktif lagi dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan positif yang dapat menumbuhkan minat baca di masyarakat. Sehingga peranan perpustakaan tidak hanya sebagai sarana penyedia buku-buku semata, namun juga sebagai motivator aktif yang dapat meningkatkan minat baca tulis di masyarakat.

Perpustakaan dapat menjadi media interaksi yang komunikatif dan aktif bagi masyarakat. Upaya-upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan lebih intensif menyelengarakan berbagai lomba-lomba yang dapat merangsang minat baca tulis masyarakat. Pendekatan yang lebih persuasive untuk anak-anak dapat dilakukan dengan menyelenggarakan lomba-lomba yang bersifat edutainment. Sehingga, anak-anak dapat menyalurkan kreativitas mereka, menumbuhkan minat baca tulis karena kesadaran dari dalam dirinya sendiri sekaligus sebagai sarana hiburan yang lebih mendidik dan bermanfaat. Anak-anak akan lebih berkembang apabila terdapat kebebasan untuk berekspresi dan dapat menyalurkan kreativitas mereka. Dengan demikian, daya imajinasi mereka akan semakin terasah dan dapat meningkatkan penghargaan mereka terhadap budaya nasional.
Penyelenggaraan kegiatan yang bersifat mendidik sekaligus menghibur juga dapat dilakukan dengan membuat program mendongeng dan bercerita. Sehingga, rasa keingintahuan anak-anak terhadap isi buku menjadi tergugah. Selain itu, merekapun dapat menuliskan cerita-cerita sesuai dengan keinginan dan imajinasi mereka. Kemudian, menyusunnya menjadi sebuah buku sederhana. Hal ini dapat memberikan penghargaan bagi anak-anak sekaligus menjadi motivator untuk mengembangkan kreativitas mereka.

Memberikan perhatian lebih pada pengolahan ruang baca anak-anak sangat penting untuk merangsang minat baca generasi muda. Oleh karena, harus diupayakan pula peningkatan pelayanan di ruang baca anak-anak. Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan di ruang baca pun haruslah lebih intensif. Selain itu, sangat penting pula untuk lebih mensosialisasikan gemar membaca ini langsung kepada anak-anak. Misalnya saja membuat program perpustakaan keliling yang langsung ke sekolah-sekolah. Perpustakaan keliling pun sangat bermanfaat bagi masyarakat di desa-desa yang kekurangan buku-buku bacaan. Hal ini akan mewujudkan program “Buku masuk desa” yang membudayakan gemar membaca di seluruh lapisan masyarakat. Manfaat dari program ini akan lebih dirasakan masyarakat yang telah menyadari pentingnya membaca.

Sudah saatnya perpustakaan untuk lebih aktif dan kondusif dalam menumbuhkan minat baca masyarakat. Berbagai kendala yang merintangi terwujudnya misi dan visi tersebut pastilah dapat diatasi apabila ada itikad baik untuk bersama-sama mengatasinya. Terbatasnya jumlah perpustakaan di Bali ini bukanlah halangan untuk memberikan fasilitas yang lebih baik bagi masyarakat. Terbatasnya koleksi buku-buku yang terdapat di perpustakaan pun tidak lantas menyurutkan minat baca masyarakat. Minimnya alokasi dana bagi pengadaan perpustakaan dan buku-buku bukan prioritas utama terhambatnya perkembangan budaya nasional. Pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan pihak swasta dan dermawan untuk menggalang dana demi kemajuan masyarakat.

Dengan adanya peningkatan baik pada mutu isi buku, daya tarik visual buku maupun eksistensinya di lingkungan masyarakat maka dapat mempengaruhi peningkatan kecintaan terhadap budaya nasional maupun budaya daerah. Peningkatan mutu isi buku perlu didukung oleh minat baca masyarakat. Sedangkan, minat baca masyarakat pun dapat ditumbuhkan melalui upaya sosialisasi dan penghargaan terhadap buku, sehingga membaca menjadi bagian dari budaya kita. Dengan demikian, kita dapat melestarikan budaya nasional dan budaya daerah kita kepada generasi mendatang melalui berbagai bacaan yang bermutu. (Lind)

No comments: