Saturday, January 09, 2010

Perbedaan Konsep Perancangan Metafora & Analogi

A. Konsep Metafora
Konsep metafora adalah type konsep perancangan yang mengungkapkan atau mengidentifikasikan hubungan diantara benda-benda yang lebih bersifat abstrak dari yang sebenarnya (nyata). Bentuk-bentuk yang nyata tersebut diolah dan dipadukan dengan imajinasi perancang.

B. Konsep Analogi
Konsep analogi adalah type konsep perancangan yang mengidentifikasikan hubungan harafiah (menyamakan yang mungkin diantara benda-benda). Konsep analogi ini mengambil bentuk yang sudah ada yang memiliki seluruh karakteristik yang diinginkan untuk diterapkan sebagai rancangan. Jenis-jenis analogi yang sering digunakan sebagai konsep perancangan yaitu:

1. analogi matematis, mengambil ukuran-ukuran bilangan termasuk bentuk dasar untuk menjadi dasar rancangan

2. analogi biologis, menurut pencetus konsep ini bahwa membangun adalah prose biologis dan bukan proses estetis. Analogi biologis ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu organic dan biomorfik.
Analogi organic adalah analogi yang memusatkn perhatian pada hubungan antara bangunan dan ronanya. Karakter arsitektur organic menurut Frank Llyod Wright yaitu:
• berkembang dari dalam ke luar, selaras dengan kondisi keberadaannya, tdak dapat diterapkan begitu saja.
• Konstruksi terjadi dalam sifat bahan. Misalnya, Kaca dipergunakan sebagai kaca, batu dipergunakan sebagai batu, kayu dipergunakan sebagai kayu, dll.
• Unsure-unsur suatu bangunan adalah terpadu. Kata organic menunjuk pada kesatuan.
• Menggambarkan waktu, tempat dan tujuan.

3. analogi romantic, cirri pokoknya yaitu bersifat mengemban dalam mendatangkan atau melancarkan tanggapan emosional dalam diri pengamat dengan cara membangkitkan kenangan pengamat, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
• dengan memberikan gambaran yang berlebihan yang bisa menyentuh sense atau indera perasa.
• Dengan mengacu pada pemanfaatan potensi alam baik secara alamiah maupun secara rekayasa (dikembangkan)
Contohnya yaitu: peniruan tempat-tempat yang eksotis, monumental,primitive, tradisional, asosiasi masa kanak-kanak, dll.

4. analogi linguistic, berdasarkan “architectural Linguage” bahwa bangunan dianggap sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada pengamat dengan berbagai cara atau model, diantaranya yaitu:
• model tata bahasa (gramatikal/sintaksis), yaitu penyusunan elemen-elemen seperti pada kalimat sehingga seolah-olah berbicara. Dengan demikian, pengamat akan cepat dan mudah memahami serta menafsirkan maksud dari rancangan bangunan tersebut.
• model ekspresionis, yaitu dengan membuat bentuk-bentuk bangunan sebagai media yang mencerminkan sifat atau karakter perancangnya. Misalnya bangunan dapat memberikan ulasan tentang keadaan, lokasi, tentang masalah pemisahan ruang luar dan ruang dalam, tentang orang-orang yang menggunakannya, dll.
• model semiotic, yaitu dengan pemberian tanda untuk bisa memberikan informasi yang dimaksud.

5. analogi mekanik, yaitu bahwa bangunan dianggap sebagai mesin yang digunakan sebagai tempt beraktivitas bagi penghuninya.

6. analogi pemecahan masalah, yaitu bahwa arsitektur sebagai pertimbangan sesuai dengan penalaran yang bersifat logis, sistematis dan rasional daripada inspiratif. Cirri pemecahan masalah dalam perancangan memperlihatkan prosedur yang seksama dan terpadu. Agar dianggap rasional, prosedurnya harus memuat sedikitnya tiga tahapan, yaitu
• analisis, yang merupakan pengkajian data dan permasalahan
• sintetis, yang mengkaitkan atu memproses seluruh data yang ada
• evaluasi, melakukan tahap pencapaian hasil

7. analogi adhoics, merupakan analogi khusus atau special untuk tujuan tertentu. Selain itu, analogi adhoic ini merupakan tanggapan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang penting dan mendesak dengan menggunakan informasi-informasi yang langsung. Tidak ada pedoman baku dari luar untuk mengukur rancangan tersebut.

8. analogi bahasa pola, merupakan hubungan antara perilaku dan lingkungan yang dapat dilihat dari segi unit atau bagian-bagian yang ditampilkan bersama. Seringkali merupakan cerminan dari kebudayaan yang merupakan kesepakatan-kesepakatan untuk berperilaku.

9. analogi dramaturgi (irama), yaitu bahwa kegiatan manusia sering dinyatakan sebagai teater, lingkungan buatan dianggap sebagai pentas panggung dan orang-orangnya dianggap sebagai pelaku dengan peran masing-masing. Konsep analogi dramaturgi ini dapat mempergunakan dua cara, yaitu dari sudut pandng actor (pelaku/penghuni bangunan) dan dari sudut pandang dramawan (perancang/arsitek).
(dari berbagai sumber)

2 comments:

Unknown said...

boleh minta sumbernya>

Anonymous said...

kalo boleh tau sumber rujukannya dari buku karya siapa ya kak?