Thursday, February 02, 2012

kisah anak kerang...

cerita pagi ini dari Cerita Sore yang kudengar kemarin di radio phoenix.... baru sempat menceritakannya kembali skr, kemarin sore aku sukaaa banget denger penyiarnya bacain cerita itu. sebuah cerita itu bagus karena tidak menggurui, dia bercerita apa adanya, kalo kena di kita yaa bagus kalo enggak yaa cukup jadi cerita saja..
mungkin aku gak bisa menceritakannya kembali dengan baik, tapi okeh laah kirakira ceritanya seperti ini:

cerita ini tentang sebuah anak kerang... suatu hari anak kerang itu kemasukan butiran pasir pantai didalam cangkangnya. anak kerang ini merasa kesakitan karena pedih. anak kerang ini lalu menangis dan mengadu kepada bunda nya. "ibu, ibu..hu hu hu hu hu, ada pasir pantai masuk ke dalam cangkang ku, sakit banget bu, hu hu hu hu hu".
Sang ibu lalu berkata, "nak, cup cup cup.... tahan saja dulu ya nak. kuatkan dirimu untuk menahan sakitnya, nanti juga akan baik-baik saja, nak"
lalu sang anak kerang mulai berusaha untuk menahan rasa sakit karena butiran pasir itu. hari demi hari berlalu, tiap kali ada butiran pasir yang masuk ke cangkang anak kerang itu, si anak kerang terus menerus menahan sakitnya dan berusaha untuk tidak mengeluh lagi.
Lalu tibalah si anak kerang ini beranjak dewasa, sudah sangat lama butiran pasir yang masuk ke dalam cangkangnya mengendap dan dia tahan rasa sakit nya itu. Kini, anak kerang itu memiliki sebutir mutiara yang sangat indah di dalam cangkangnya. Butiran mutiara itu sangat indah karena anak kerang itu menahan rasa sakit dan penderitaannya sebelumnya. anak kerang itu membuktikan bahwa dia bukan kerang biasa seperti kerang-kerang yang akan menjadi santapan di atas meja makan, anak kerang itu tumbuh dari kegigihannya menahan derita dan rasa sakitnya hingga dia menjadi kerang penghasil mutiara.... yang nilainya sangat tinggi. 

sudah sekuat apa kita berusaha? apakah kita bisa menahan rasa sakit dan pedih dalam proses kita mendapatkan mutiara keberhasilan kita? apakah kita akan menjadi kerang yang dijual di pasar untuk kemudian disantap, atau kah menjadi kerang mutiara yang nilainya sangat mahal?

Posted via email from Lindia Palupi

No comments: