Monday, October 22, 2012

Berfikir sebelum Bicara.

Membaca kisah ini, membuatku terharu... bahwa betapa pentingnya bahagia dapat merasakan suatu hal, yang mungkin orang lain bisa saja tak bisa mengetahui apa apa yang sedang kita rasankan.
terkadang, bahagia itu sederhana, sesederhana menghirup udara... bisa jadi dapat menghirup udara adalah suatu bahagia teramat besar, karena syukur atas pemberianNYA, yang bisa jadi itu adalah hirupan udara kebebasan pertama kita... orang lain tak akan pernah tau apa apa yang menjadi kisah kita :).

----
Kisah Seorang Pemuda di Gerbong Kereta

Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu takjub melihat pemandangan sekitarnya. Dengan girang, ia berteriak dan berkata kepada ayahnya:

”Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu … mereka berjalan menyusul kita”.

Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagian mendengar celoteh putranya itu.

Di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakan itu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu. Tidak lama pemuda itu kembali berteriak:

“Ayah, lihat itu, itu awan kan …? lihat … mereka ikut berjalan bersama kita juga …”.

Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.

Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu:

“Kenapa anda tidak membawa anak anda ini ke dokter jiwa?”

Sejenak, ayah pemuda itu terdiam. Lalu ia menjawab:
“Kami baru saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak lahir. Tadi ia baru dioperasi, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa melihat dunia dengan mata kepalanya”.

Pasangan suami itu pun terdiam seribu bahasa.

# Apakah saat membaca kisah ini kita juga berpikiran spt suami istri ini?
#Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan memvonis seseorang dengan apa yg anda lihat saja. Maka kita PERLU BERPIKIR SEBELUM BICARA...

Posted via email from Lindia Palupi

No comments: